Monday 6 June 2016

Sajak Ampunan

Rasa syukur dan syukur tak henti aku ucapkan, aku yakinkan dan aku amalkan di kehidupan ini. Hidup ini fana. Bisa berakhir kapan saja, bisa berubah kapan saja.

Dua bulan yang lalu mungkin aku masih menemui seorang pemuda yang masih mempunyai harapan dan kasih sayang yang membuncah padaku. Masih mau berkorban dan berjuang untukku.
Namun siapa yang tahu pemuda itu berubah 180 derajat menjadi orang yang berbeda.
Jangankan untuk berkorban dan berjuang bersama, mengeluarkan tenaganya hanya dengan setetes keringat saja mungkin dia tidak akan ingin. Baginya itu sia-sia, karena tidak akan ada harapan untuk kita.

Aku pernah egois.
Aku pernah bodoh.
Aku pernah mengiba.
Dan aku pernah berusaha.

Kamu pernah salah.
Kamu pernah merusaknya.
Tapi yang tidak berubah, kamu tetap pengecut.

Rasanya post ini bukan untuk membuat pemuda itu ataupun kawanannya memandang benci kepadaku.
Sajak dan tulisan adalah temanku.
Sajak dan tulisan adalah ekspresiku.

Masih ingatkah kau pemuda surat elektronik yang kau diamkan walau aku sudah berusaha menulisnya?
Masih ingatkah kau tentang kisah indah yang kau ingin rajut?
Oh tentunya kamu sudah lupa.

Ada kehidupan baru yang menurutmu lebih membuatmu bahagia, membuncah, menggelora dan hidup.
Dan ada juga kehidupan baru yang telah dipersiapkan Tuhan yang menyayangiku kepadaku.

Satu hal pemuda, hidup di dunia adalah hal yang fana.
Bahagia, benci, cinta, dan sengsara adalah benang tipis yang dapat diputus-sambungkan padanya.

Dan aku tau, kamu adalah fana.
Jadi, aku melepasmu sembari mengucap "Bismillah" dan "Alhamdulillah"

Walau tetes airmata terkadang jatuh
Walau kadang aku harus bersimpuh lebih lama untuk menguatkan hatiku

Ampunanku padamu mungkin belum sempurna
Aku hanya manusia fana yang masih memiliki hati dan rasa sakit hati
Semoga di akhirnya aku bisa melepaskanmu dari cerita sakit hatiku

Tapi pemuda, ingat bukan sekarang.

No comments:

Post a Comment

Blogger Perempuan